Melihat Pembuatan Unagi Kabayaki Di Jepang

Sidat Kita
Dalam posting kali sidat kita akan membawa pembaca untuk jalan-jalan kejepang melihat pabrik pengolahan sidat, baik pengolahan secara tradisional maupun modern untuk membuat unagi kabayaki. di jepang khususnya dikota hamamatsu terdapat lebih dari empat pabrik pengolahan sidat. Tidak hanya membuat unagi kabayaki tetapi juga membuat produk olahan lain yang berbahan dasar dari sidat. Yuks kita mulai saja..

Kolam Sidat Di Jepang

1. Daiwa Eel Co., Ltd.
Perusahaan Daiwa Eel berspesialisasi pada pembesaran dan pengolahan sidat secara tradisional. Perusahaan ini memiliki 24 karyawan dengan fokus usaha pada unagi kabayaki (sidat bakar).Teknis pembesaran benih sidat menggunakan green house dengan suhu air terkontrol 30 derajat Celcius sepanjang tahun. Juga dilakukan penambahan oksigen dengan baling-baling yang diputar. Makanan untuk sidat diberikan dua kali sehari, pagi dan sore, yang diperoleh dari pemasok, berupa bubuk ikan dan nutrisi lainnya. 

Perusahaan ini mencampurnya dengan air dan sejenis minyak khusus agar menjadi pasta. Makanan ditempatkan pada wadah khusus berukuran 1 x 2 meter. Air untuk pengolahan benih sidat diperoleh dari air tanah, pada kedalaman 100 m atau lebih dengan bagian dasar tempat pengolahan dipadatkan atau dibuat permanen dengan semen. Panen sidat dilakukan pada interval 6-12 bulan dengan perkiraan umur dan ukuran sidat sudah mencukupi dan dagingnya cukup empuk. 

Sebelum dilakukan pengolahan, sidat terlebih dahulu dipuasakan selama tujuh hari untuk membersihkan perut dan menghilangkan rasa amisnya dengan cara mengairinya secara terus-menerus. Pengolahan sidat yang sudah dipanen dimulai dari pembelahan sidat menjadi dua bagian, pengambilan duri, dan pemotongan kepala. Setelah dicuci dan dibakar sebanyak dua kali, sidat diberi saus manis yang merupakan keistimewaan unagi kabayaki. Daiwa Eel memasarkan produknya ke pasar-pasar swalayan dengan menggunakan kemasan plastik polystyrene dan ditutup dengan plastik pembungkus. Produksi per hari mencapai 20 ribu ekor.

Unagi Shirayaki Dan Unagi Kabayaki
2. Unagi no Gotoh
Berbeda dengan perusahaan sebelumnya, lokasi perusahaan ini berada di dekat Danau Hamanako dan Samudera Pasifik, sehingga kualitas air, kandungan garam, dan mineral-mineral lainnya sangat tepat untuk pembiakan sidat. Tidak mengherankan apabila perusahaan mampu bertahan lebih dari 100 tahun karena dukungan lingkungan usaha yang cukup baik dan kemampuan menghasilkan sidat yang berkualitas. 

Proses pembesaran benih sidat sama dengan Daiwa Eel, yaitu dengan menggunakan green house. Produk sidat dari Unagi no Gotoh adalah unagishirayaki (sidat bakar warna putih) yang menggunakan saus asin tidak berwarna. Hasil akhir pengolahan berupa sidat berwarna putih kecokelatan. Pemasaran menggunakan sistem pesanan dan direct selling, sehingga jumlah produksi mengalami fluktuasi setiap harinya. 

Proses Pembuatan Unagi Kabayaki
Pesanan bukan hanya dari pihak supermarket/restoran, melainkan juga konsumen individu. Pengiriman dilakukan sendiri dengan mobil bak terbuka maupun melalui jasa kurir yang biayanya dibebankan kepada konsumen. Sedangkan pada sistem direct selling, penjualan lebih difokuskan pada konsumen individu. Dengan membuka dua gerai di lokasi pabrik dan supermarket, dan penjualan dengan internet, Unagi no Gotoh bisa menjangkau konsumen di seluruh Jepang.

3. Koperasi Sidat Di Jepang "Unagi Yougyou"
Koperasi Unagi Yougyou Atas prakarsa Pemerintah Daerah Hamamatsu yang merasa prihatin akan kondisi bisnis sidat di daerahnya, dibentuklah koperasi yang saat ini beranggotakan empat perusahaan. Meskipun sampai saat ini Hamamatsu masih berposisi sebagai basis unagi di Jepang, produksinya kian menurun dari tahun ke tahun, dikarenakan relokasi di luar negeri atau impor sidat siap saji dan bermunculannya pabrik sidat di daerah-daerah Jepang lainnya. 
Foto Bersama di Depan Koperasi Unagi Yougyou
Berbeda dengan dua perusahaan sebelumnya, koperasi ini menggunakan peralatan yang modern. Pembakarannya dilakukan di atas conveyor dengan api dari bawah dan atas, sehingga proses pembalikan tidak diperlukan. Terdapat dua kali proses pembakaran yang diseling dengan satu kali proses pengukusan. Pengukusan ini bertujuan agar sidat lebih kering. Waktu yang diperlukan adalah tujuh menit pembakaran dan lima menit pengukusan. 

Sidat yang telah masak akan diolesi saus manis atau asin, lalu dikemas. Karena produksi yang berskala besar, semua produk langsung dibekukan pada suhu -30 derajat di conveyor dan langsung dikemas dalam kardus. Produk beku ini dapat tahan selama satu tahun apabila diletakkan di dalam pendingin bersuhu di bawah -18 derajat atau dua tahun apabila diletakkan dalam vacuum pack beku. 

Ternyata, hampir tidak ada bagian sidat yang dibuang. Misalnya, bagian perut biasa digunakan untuk sup dengan nama kimosoup atau bisa juga dibakar. Tahap-tahap pengolahan sidat digambarkan dalam bagan pada. Perusahaan juga sangat menjaga sanitasi pabrik. Setiap orang harus mengenakan seragam khusus (agar debu atau kotoran lain tidak mudah melekat), penutup rambut, masker, sepatu bot, dan kaus tangan yang telah disterilkan. Di dalam pabrik pun sirkulasi udara sangat bagus dengan pembersihan terlebih dahulu terhadap udara yang akan masuk. 

Apabila terdapat produk yang dikategorikan cacat, perusahaan akan mencacah sidat tersebut dan menjualnya dengan harga tertentu. Pada kesempatan makan siang, Koperasi Unagi Yougyou menghidangkan menu unagi kabayaki dan kimosoup. Direktur Utama Koperasi juga menjelaskan bahwa 30 tahun yang lalu mereka pernah melakukan impor sidat dari Indonesia. Namun, jenis sidat di Indonesia sedikit berbeda dengan Jepang ataupun negara Asia Timur lainnya sehingga kurang dapat diterima oleh masyarakat. 

Sebenarnya peluang ekspor dari Indonesia masih sangat terbuka apabila persyaratan importir dapat dipenuhi yang mencakup kualitas, rasa, bentuk, ketepatan waktu, dan harga. Pihak Jepang sama sekali tidak berkeberatan tentang alih teknologi dengan cara pengiriman tenaga ahli ke Indonesia atau penerimaan trainee untuk magang dalam jangka waktu tertentu di perusahaan sidat. Harapannya, dari hubungan bisnis ini, hubungan baik antara kedua negara dapat semakin ditingkatkan.

4. Shunkado Co., Ltd.
Produk sidat lain yang cukup diterima oleh masyarakat adalah unagi pie. Produk ini bahkan menjadi trademark Kota Hamamatsu dan menjadi salah satu jenis oleh-oleh yang paling digemari. Hampir sama dengan kue pai lainnya, unagi pie terbuat dari tepung terigu, telur, susu, gula, serbuk unagi, dll. Shunkado Co., Ltd. membuat empat jenis pilihan rasa yaitu, standar, mentega, madu, dan sake (minuman beralkohol Jepang).

Shunkado selalu melakukan riset tentang berbagai kemungkinan pengembangan produk dari segi pilihan rasa, kualitas, bentuk, dan harga. Pemasaran produk menggunakan sistem direct selling. Produk-produk Shunkado hanya bisa ditemukan di toko dan sekaligus pabriknya. Dengan sistem ini, Shunkado tidak mengalami hambatan distribusi dan pemasaran yang cukup menyita perhatian dan biaya.

Studi banding di Shunkado dapat dilakukan oleh siapa saja, bahkan tanpa reservasi. Para tamu akan diantar untuk melihat-lihat pabrik dan mendapat penjelasan dari pemandu. Pembuatan pai masih mempertahankan cara manual di tengah-tengah maraknya otomatisasi di dunia ini.  Mengingat ketergantungan terhadap produk luar negeri yang begitu besar dan daya konsumsi masyarakat yang terus meningkat, peluang ekspor komoditas sidat dari Indonesia ke Jepang masih sangat terbuka lebar.

Ekspor bisa dilakukan dengan mengikuti tren yang ada ataupun memunculkan jenis pengolahan makanan yang baru, yang dapat penulis sebutkan di antaranya adalah sidat kering, keripik sidat, dan sidat goreng. Laporan studi banding ini juga disampaikan dengan harapan dapat dijadikan bahan referensi dalam penyusunan kebijakan di sektor terkait dengan fokus pengembangan kerja sama investasi industri sidat di dalam negeri.
(sumber: io.ppijepang.org)
By. Sidat Kita



ReadmoreMelihat Pembuatan Unagi Kabayaki Di Jepang

Jepang Tanam Investasi Sidat Di Blitar

Sidat Kita
Sosialisasi Sidat Di Blitar
Keberadaan ikan sidat yang berbentuk seperti belut namun berukuran lebih besar dan memiliki sirip juga telinga ini merupakan ikan berprotein tinggi yang selalu dikonsumsi oleh masyarakat Jepang. Bahkan saat ini pemenuhan ikan sidat bagi Negara Jepang masih sangat kurang. Untuk itulah salah satu investor dari Jepang berencana menggandeng para petani yang ada di Kota Blitar untuk budidaya ikan sidat yang nantinya akan diekspor ke Jepang.

Sebagai langkah awal pemerintah Kota Blitar dalam hal ini Dinas Pertanian telah menggelar sosialisasi budidaya ikan sidat, disalah satu hotel di Jl. Melati Kota Blitar. Selain diikuti oleh para petani, kegiatan itu juga melibatkan instansi terkait. Hal ini seperti diungkapkan Drs. Teteng Rukmo Condrono, Kepala Dinas Pertanian Daerah Kota Blitar saat dikonfirmasi disela – sela pelaksanaan sosialisasi ikan sidat di salah satu hotel di Jl. Melati.

Sementara itu Anom Sigit Suryawan, Presiden Direktur Perusahaan Jepang di Indonesia saat dikonfirmasi terpisah menjelaskan, pihaknya akan menyuplai benih dan pakan ikan bagi para petani, sekaligus bertanggungjawab pada sistem sirkulasi air pada kolam dan pembelian ikan sidat besar. Sehingga tugas para petani hanya membesarkan ikan sidat sampai ukuran siap panen. 

Adapun rencana kerjasama perusahaan dari Jepang dengan para petani di Kota Blitar ini mendapatkan sambutan positif dari Moh.Samanhudi Anwar, SH, Walikota Blitar. Menurut Walikota, kegiatan itu sesuai dengan satu diantara beberapa visinya, bahwa masyarakat tidak lapar. Apalagi petani tidak usah repot untuk mencari modal, karena hanya menyiapkan lahan untuk kolamnya saja. 
Bahkan jika hasilnya bagus, ikan sidat bisa menjadi maskot Kota Blitar selain ikan koi. Mengingat dari penelitian investor bersangkutan, jenis air di Indonesia yang cocok untuk budidaya ikan sidat hanya di perairan Blitar. Sedangkan untuk mengawali kerjasama ini, sejak dua bulan yang lalu, Dinas Pertanian Daerah Kota Blitar mulai membudidayakan ikan sidat, yakni untuk proses pembibitan.
(sumber:blitarkota.go.id)
By. Sidat Kita
ReadmoreJepang Tanam Investasi Sidat Di Blitar

Budidaya Ikan Sidat Lokal Terus Tumbuh

Sidat Kita
Kolam Budidaya Sidat
Ikan sidat (anguilla) santapan termahal di Jepang, hal ini juga diakui Manajer Lapangan Stasiun Lapangan Kelautan- Institute Pertanian Bogor (SLK-IPB) Cipatuguran, Palabuhanratu, Syarif Budiman saat ditemui di tempat kerjanya, belum lama ini.Ia menjelaskan, SLK-IPB tengah melakukan penelitian ikan sejenis belut ini untuk dikembangkan dan nantinya akan diproduksi.

“Nantinya kalau pengembangan ikan ini bagus, maka IPB dan pihak ketiga PT Jawa Suizan Indah akan membangun pabrik khusus produksi ikan sidat untuk di ekspor ke Jepang,” bebernya. Evaluasi itu akan dilakukan pada 2014 mendatang. Karena lanjut dia, penelitian ini dikakukan setelah usia pengembangan selama 5 tahun. “Sekarang kita baru satu tahun. Dan ikan sidat yang paling besar paling berukuran 200 gram,”katanya.

Ia juga menyebutkan, masih tingginya kematian ikan sidat di kolam, itu dipengaruhi kebiasaan makan, kebiasaan tinggal dan cuaca. Selain itu sidat juga merupakan ikan kanibal yang memakan semasamanya yang lebih kecil,” katanya. Sedangkan kebiasaan sidat, melahirkan dilaut, dan membesar bergerak kearah muara dan menetap di Sungai. Begitu seterusnya. “Ikan ini juga saat bayi semua jenisnya laki-laki. Dan kita juga belum tahu pada usia berapa sidat berubah menjadi perempuan. yang baru kita tahu sidat perempuan yang sudah sangat besar yang didalam perutnya ada telurnya,” katanya.

Semua itu masih dalam penelitian IPB. Dan ia juga menyebutkan hingga usia satu tahun, kematian sidat di kolam pengembangan masih mencapai 50 persen hingga 60 persen kematian. “Kita membeli bayi sidat (impun) dengan harga Rp 500 ribu dari nelayan. Sedangkan harga yang sudah besar Rp 60 ribu,” bebernya.

Sedangkan kebutuhan ikan itu kini sudah menapai 300 ribu tonpertahun. Dan khusus Jepang dalam setahunnya mereka membutuhkan 1.20 ton pertahun. jelas bisnis sidat ini sangat menjanjikan. Meski demikian, ikan ini belum diperbolehkan diekspor ke luar negeri sebelum mencapai berat minimal 200 gram. “Larangan itu dikeluarkan oleh Dinas kelautan an Perikanan Provinsi Jawa barat,” tukasnya.
(Sumber: Radarsukabumi.com)
By. Sidat Kita
ReadmoreBudidaya Ikan Sidat Lokal Terus Tumbuh

Ekspor Ikan Sidat Indonesia Merosot Tajam

Sidat Kita

Ikan Sidat Bicolour
Budidaya ikan sidat yang masih alami membuat produksi dan ekspor ikan bernama latin anguilla itu tidak maksimal. Pasalnya, sebagian ikan itu merupakan hasil tangkapan alam. Jadi, produksinya sangat bergantung dengan musim.

Itu sebabnya, tahun ini, ekspor ikan sidat bisa turun hingga lebih dari 50 persen. Mengutip data Badan Pusat Statistik (BPS), selama Januari-Agustus 2011, volume ekspor ikan sidat mencapai 1.400 ton. Jumlah ini menurun 39,1 persen dari periode sama tahun 2010 yang mencapai 2.300 ton.

Selain volumenya turun drastis, nilai ekspornya juga hanya 5,3 juta dollar AS, anjlok 60,44 persen dari periode yang sama tahun 2010 yang mencapai  13,4 juta dollar AS. Tren penurunan ekspor ikan sidat ini berbanding terbalik dengan ekspor ikan dan udang yang justru melesat 15,3 persen menjadi 1,48 miliar dollar AS.

Nanang Soengkono, Direktur Utama PT Fishindo Lintas Samudera mengatakan, penurunan volume ekspor ikan sidat juga disebabkan oleh peningkatan ekspor benih ikan sidat atau glass eel. Berkurangnya benih itu menyebabkan produksi ikan sidat di dalam negeri menurun. "Berdasarkan SK Mentan No. 214/Kpts/ Um/V/1973 yang dikuatkan oleh Permen Kelautan dan Perikanan No. 18/Men/2009, seharusnya, pengiriman benih sidat ke luar negara ini dilarang," tutur Nanang.

Memang, tak bisa dipungkiri, para peternak ikan sidat tergiur mengekspor bibit ikan ini lantaran harganya menjulang di Jepang. Ambil contoh, satu kilogram (kg) bibit sidat yang terdiri dari 6.000 ekor bisa dihargai antara Rp 70 juta-Rp 100 juta.

Yoyon Priyono, Direktur CV Yonadara Sukses, menambahkan, selain faktor cuaca, penurunan volume dan nilai ekspor ikan sidat juga disebabkan peralihan pasar. "Jika tahun lalu orientasinya ekspor, kini pasar dalam negeri mulai terbuka," katanya.

Yoyon membandingkan, tahun lalu, persentase antara ekspor ikan sidat dengan penjualan domestik sekitar 70:30. Namun kini, persentasenya berimbang menjadi 50:50.

Besarnya penyerapan ikan sidat di dalam negeri, menurut Yoyon, disebabkan banyaknya perusahaan pengolahan unagi asal Jepang yang datang ke Indonesia. "Sudah ada empat perusahaan pengolahan yang berburu ikan sidat ke sini," ujarnya.

Sebagai catatan, tahun lalu, produksi ikan sidat Yonadara mencapai 13 ton. Tahun ini, Yoyon memprediksi, produksi bisa meningkat dua kali lipat.

Penurunan nilai ekspor sidat sebetulnya patut disayangkan. Sebab, potensi pasar ikan sidat di luar negeri sangat besar. Contohnya, banyak masyarakat Jepang hobi menyantap sidat. Kebutuhan ikan ini di negeri itu mencapai 120.000 ton per tahun.

Peluang pasar yang begitu besar tersebut juga diakui oleh Direktur Pemasaran Luar Negeri Kementerian Kelautan dan Perikanan, Saut Hutagalung. "Potensi ekspor ikan sidat terutama ke Macau, Taiwan, Jepang, China, Hong Kong, Eropa, dan Amerika," ujarnya beberapa waktu lalu.

Harga ikan sidat pun lumayan menggiurkan. Jenis Anguilla bicolor misalnya, dihargai Rp 60.000-Rp 70.000 per kg. Sedangkan Anguilla marmorata dibanderol seharga Rp 100.000-Rp 120.000 per kg.

Nanang mengatakan, selama ini, Fishindo Lintas mengekspor ikan sidat ke kawasan Asia timur khususnya ke Jepang. Setiap tahun, permintaan ikan sidat dari Negeri Sakura itu mencapai 600 ton. Namun, karena masih menggantungkan produksi pada hasil tangkapan alam, Fishindo Lintas hanya mampu memenuhi 500 kg-1 ton ikan sidat per bulan.

Demi meningkatkan bisnis, Selain mengekspor ikan sidat dalam kondisi hidup, Fishindo Lintas juga bekerjasama dengan perusahaan Jepang untuk melakukan pengiriman dalam bentuk sidat olahan seperti kabayaki dan shirayaki. "Sebab, jika langsung mengekspor sidat dalam bentuk hidup, risiko kematiannya tinggi," terang Nanang.

Untuk meningkatkan produksi ikan sidat, sebetulnya Indonesia bisa meniru China yang tergolong lebih maju dalam pembudidayaan ikan sidat. Menurut Nanang, China sudah memiliki delapan tempat budidaya unagi yang terintegrasi, mulai dari pemeliharaan sampai ekspor.(Sumber: Kompas.com)
By. Sidat Kita
ReadmoreEkspor Ikan Sidat Indonesia Merosot Tajam

Kenapa Bayi Sidat/Glass eel Tubuhnya Transparan?

Sidat Kita

Glass Eel
Ketika mendapati bayi sidat yang tertangkap dimuara kita bisa melihatnya secara jelas detail tubuhnya yang masih transparan, saat glass eel berumur lebih dari tiga hari setelah ditangkap maka pigmen tubuhnya akan berubah dan menjadi berwarna, dan ini lah alasannya kenapa glass eel  mempunyai tubuh yang transparan.

Alasan Pertama, Sidat Merupakan tipe ikan yang katadromous yaitu besar di air tawar dan beruaya ke laut ketika akan memijah, setelah memijah induknya akan mati sehingga anak-anak sidat atau glass eel ditinggalkan tanpa perlindungan dari sang induk. Oleh karena itu glass eel ini akan mencoba bertahan hidup sendiri di laut dan segera berpindah mencari muara.

Alasan Kedua, BayiSidat Atau glass eel ini cenderung bergerak pasif karena kemampuan berenangnya masih rendah dan sangat terbatas maka si glass eel ini akan mencari daerah yang arusnya kecil seperti dipinggiran muara dan mengikuti arus pasang surut, sehingga menjadi ikan yang mudah menjadi buruan predator alam.

Alasan Ketiga, Predator di lautan sangat banyak sehingga salah satu mekanisme pertahanan dirinya adalah menyamarkan tubuhnya dengan lingkungan sekitar, Dengan tubuh glass eel yang tipis dan transparan, (ditambah dengan aktivitasnya yang nokturnal - beraktivitas pada malam hari) maka larva glass eel tersebut menjadi sulit dilihat oleh predatornya. Dengan demikian resiko dimangsa predator berkurang.

larva sidat atau glass eel yang transparan tersebut banyak ditemui pada ikan-ikan yang memijah di laut dan dewasanya bermigrasi ke sungai / air payau / perairan tawar. Saat di laut harus bertahan hidup dengan menyamarkan diri dengan lingkungannya sehingga menjadi tersamar dan tidak terlihat predator. Baru setelah dewasa dan masuk air tawar / air payau, pigmen berkembang. pada saat itu kondisi tubuh sudah bisa lebih aktif bergerak dan menyelamatkan diri saat ada predator. Semoga bermanfaat (berbagai sumber)
By. Sidat Kita



ReadmoreKenapa Bayi Sidat/Glass eel Tubuhnya Transparan?

Efektifitas Lendir Sidat Dalam Menghambat Penyakit Tipes

Sidat Kita

Sidat Di Kolam
Pernahkan anda menangkap ikan sidat?Kenapa Ikan sidat licin sekali ketika dipegang? Nah ternyata dikulit ikan sidat terdapat lendir yang sekaligus sebagai pelindung bagi sidat itu sendiri, semakin lendir dalam tubuh ikan sidat berkurang karena sering disentuh, stress, atau terkena penyakit maka ketahan tubuh sidat akan menurun drastis.

Lendirpada ikan sidat sekarang mampu untuk dijadikan obat sebagai anti bakteri, dari berbagai penyakit ternyata Angka kejadian penyakit tipes di Indonesia rata-rata 900.000 kasus pertahun, angka kematian lebih dari 20.000 dimana 90% kasus terjadi pada usia 3-19 tahun. Penyebaran penyakit ini diperantarai makanan atau air yang terkontaminasi oleh bakteri salmonella thypii. Telah dilakukan penelitian bahwa lendir atau mucus pada kulit ikan sidat dapat berfungsi sebagai antibakteri kuat (Ebran et al., 2000), pertahanan terhadap infeksi bakteri (Aranishi, 2000). 

Spesies ikan sidat (Anguilla bicolor pasifica) banyak terdapat di perairan payau yang berada di sekitar Samudra Hindia (di sebelah barat Pulau Sumatera dan selatan Pulau Jawa). Kabupaten Cilacap memiliki wilayah perairan payau yang menjadi hutan bakau yaitu di Anakan. Penelitian ini dilakukan secara praklinik untuk mengetahui pengaruh lendir sidat terhadap penghambatan pertumbuhan bakteri salmonella thypii.

Desain penelitian pada penelitian ini adalah eksperimen murni. Penelitian eksperimental adalah penelitian yang dilakukan dengan mengadakan manipulasi terhadap objek penelitian serta adanya kontrol. Penelitian ini dibagi menjadi 3 kelompok yaitu kelompok kontrol normal, kontrol positif,  dan kelompok uji dengan menggunakan lendir sidat. Pengamatan uji aktifitas lendir sidat dalam menghambat pertumbuhan bakteri Salmonella Thypii diukur dengan cara pengukuran diameter zona penghambatan.

Kelompok   I      : media + bakteri diberi aquadest sebagai kontrol normal. Kelompok II    : media + bakteri  diberi obat antimikroba (kloramfenikol) sebagai  kontrol    positif. Kelompok III: media + bakteri diberi lendir sidat (Uji). Hasil percobaan menunjukkan bahwa penghambatan terbesar lendir sidat terhadap bakteri Salmonella thypii adalah 44,05% dan penghambatan terendah sebesar 34,67% dengan rata-rata penghambatan 41, 08% dibandingkan dengan penghambatan kontrol positif kloramfenikol.(sumber: STIKES Al-Irsyad Al-Islamiyyah Cilacap)
By. Sidat Kita


ReadmoreEfektifitas Lendir Sidat Dalam Menghambat Penyakit Tipes

Menyelamatkan Ikan Sidat Dan Hutan Mangrove Cilacap

Sidat Kita

Hutan Mangrove Cilacap
Hutan bakau ataumangrove di perairan Segara Anakan, Kecamatan Jeruklegi, Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah, sangat dikenal di kalangan ilmuwan, khususnya biolog dan mahasiswa fakultas biologi dari berbagai perguruan tinggi di dalam dan luar negeri, karena yang terluas di dunia. Hutan ini menjadi laboratorium alam, tempat penelitian perkembangan binatang laut yang hidup di hutan yang tumbuh di atas permukaan air laut. Seperti berbagai jenis ikan, udang, kepiting, serta sidat (sejenis belut yang besar).

Namun, hutan yang merupakan laboratorium alam itu kini terancam rusak. Kalau pada masa lalu luas hutan itu mencapai puluhan ribu hektare, kini tinggal 12.343 hektare. Hutan yang ditumbuhi tanaman kayu bakau (Rhizo-pora, SP) dan kayu tancang (Bruguiera. SP) kini semakin rusak akibat penebangan liar. Kerusakan hutan itu mulai terjadi pada masa penjajahan Jepang (tahun 1942), ketika tentara Jepang membutuhkan arang untuk bahan bakar kereta api sebagai sarana transportasi. Kerusakan itu terus berlangsung sampai awal orde baru.

Pada tahun 1978 atau 22 tahun lalu, kerusakan itu berhasil diatasi melalui reboisasi yang dilakukan oleh Administratur KPH Perhutani Banyumas Barat, waktu itu Ir Bambang Soekartiko. Berkat reboisasi itu hutan yang rusak bisa menghijau kembali dan ekosistem kehidupan binatang laut yang berkembang biak di akar-akaran tanaman mangrove bisa terjaga. Namun, belakangan ini hutan itu rusak lagi. Kerusakan ini mendapat perhatian dari para pakar biologi dan kelautan di luar negeri.

Rektor Universitas Jendral Soedirman (Unsoed) Purwokerto Prof Drs Rubiyanto Misman, yang juga biolog, memiliki kepedulian yang cukup besar terhadap keselamatan hutan mangrove ini. Hal ini dibuktikan dengan dijalinnya kerja sama antara Unsoed dengan Zentrum Fur Marine Trapenokologie (ZMT) University of Bremen, Jerman. Nota Kesepahaman sudah ditandatangani oleh Rektor Unsoed Prof Rubiyanto Misman dengan Direktur ZMT Prof Dr V Inekkot, awal Desember lalu. Kedua pimpinan lembaga ilmiah itu sepakat akan melakukan penelitian sebagai upaya untuk menyelamatkan hutan mangrove yang kini terancam rusak beserta flora dan faunanya.

Pelindung Pantai Hutan mangrove di permukaan air Segara Anakan merupakan pelindung pantai dari gempuran ombak. Selain itu hutan mangrove berfungsi sebagai tempat perkembangbiakan ikan dan binatang laut lainnya. Binatang laut yang hidup di sela-sela akar hutan bakau ini antara lain berbagai jenis kerang, ikan, udang, sidat, kepiting, dan ranjungan. Sedang di hutan mangrove sendiri terdapat berbagai jenis kera, burung kuntul, dan burung laut lainnya.

''Sayang, sebagian besar flora dan fauna di kawasan Segara Anakan nyaris punah. Kami bertekad akan berusaha melestarikan hutan mangrove di perairan tersebut, mengingat hutan sejenis itu, kini semakin langka di dunia,'' ujar Prof Rubiyanto seusai penandatanganan Nota Kesepahaman. Pelumpuran atau sedimentasi yang terjadi di Segara Anakan setiap tahunnya cukup besar. Lumpur yang terbawa dari Sungai Citanduy setiap tahunnya mencapai 1 juta ton lebih. Akibatnya Segara Anakan menjadi dangkal, dan kehidupan hutan mangrove dan biotanya terganggu.(sumber: cilacap-online)
By. Sidat Kita
ReadmoreMenyelamatkan Ikan Sidat Dan Hutan Mangrove Cilacap
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...