Wapres Kunjungi Stand Ikan Sidat Di Samarinda

Bookmark and Share
Sidat Kita

Sidat Kita
Stan pameran Samarinda satu-satunya stan Kaltim yang dikunjungi Wakil Presiden (Wapres) RI Boediono seusai upacara pembukaan Pekan Nasional (Penas) Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) XIII di stadion Aji Imbut Tenggarong, Sabtu (18/6) lalu. Hal ini sebagai bentuk apresiasi yang luar biasa dari Wapres sekaligus menjadi motivasi bagi jajaran Pemkot Samarinda.

Apa yang membuat Wapres mampir di stan Samarinda? Tidak lain karena tertarik pada ikan sidat produksi Kelompok Tani Berambai Kelurahan Sempaja Utara yang menjadi salah satu komoditas andalan yang dipamerkan di stan Samarinda. “Sidat yah. Ini potensial diekspor dan dijamin tidak rugi petani kita membudidayakannya. Apalagi kadar protein tinggi dan nilai jual juga tinggi,” ungkap Wapres singkat yang waktu itu didampingi Wakil Wali Kota Samarinda H Nusyirwan Ismail ketika mampir di stan Samarinda.

Wapres di stan ini terlihat cukup lama dan dari raut wajahnya tidak bisa disembunyikan ketertarikannya kepada budidaya ikan sidat. “Sepertinya Pak Wapres sangat tertarik dengan budidaya ikan sidat ini. Alhamdulillah, stan kita satu-satunya stan Kaltim yang dikunjungi Pak Wapres,” ungkap Nusyirwan kepada wartawan.

Nusyirwan menjelaskan, budidaya ikan sidat oleh Kelompok Tani Berambai dengan budidaya keramba jaring apung itu memanfaatkan kolam eks tambang batu bara PT Mahakam Sumber Jaya (MSJ). Mantan kepala Disperindagkop Kaltim dan Asisten II Sekprov Kaltim ini menyebutkan ikan sidat memiliki kadar protein tinggi melebih ikan salmon, dengan pasar ekspor ke Jepang, Korsel dan China.

“Pasarnya sudah jelas, dan harganya juga tinggi mencapai Rp 180 ribu per kilogramnya,” urai Nusyirwan penuh semangat. Menurutnya, ikan sidat sangatberpotensi menjadi unggulan ikan budidaya ikan dari Samarinda, dimana saat ini sudah menghasilkan panen perdana 1,4 ton dengan dikelola 40 anggota kelompok tani di Berambai.

“Kebutuhan sidat di Jepang 100 ribu ton per tahun, sementara baru bisa memenuhi sendiri 20 ribu ton per tahun. Jadi masih ada 80 ribu ton/tahun impor kita. Ini baru di Jepang. Di Jepang saja harganya bisa mencapai Rp 500 ribu,” tandasnya.(kaltimpost)
By. Sidat Kita

{ 0 komentar... Views All / Send Comment! }

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...